Arrival day in Amsterdam
11.47
Arrival Day in Amsterdam.
Arrival day di Amsterdam sebenernya udah dari tanggal 11
Juli yang lalu, namun waktu itu langsung terbang ke munchen. Baru kali ini
bener-bener ke kota Amsterdam.
Berkat Holland Writing Competition 2015 yang di adakan oleh
NESO Indonesia, akhirnya sekarang aku bisa berangkat ke Belanda. Ada 2 orang yang
berangkat ke Belanda setiap tahunnya untuk Summer School, yang satu lagi adalah
Dianita yang seorang mahasiswa dari Cirebon. Beruntungnya kami mendapatkan
kesempatan ini, meskipun berbeda kampus dan beda kota. Aku di Amsterdam dan
Dian di Utrecht. Segala persiapan satu bulan yang cukup membuat was-was karena
sedang sesi UAS dan banyak-banyaknya tugas. Kuliah di Fasilkom pada hari biasa
pun sudah hectic, ditambah dengan persiapan ini+sesi UAS+tugas besar. Special
thanks banget kepada Mbak Opit dan Mbak Rosa yang telah membantu segala
persiapannya hingga berada di Amsterdam sekarang ini.
Untuk contact NESO:
twitter: studydibelanda
Facebook: NesoIndonesia
Untuk contact NESO:
twitter: studydibelanda
Facebook: NesoIndonesia
Amsterdam Summer School.
Sebuah program short course 2 minggu, dan kebetulan yang aku
ambil adalah Dutch Culture. Lokasi tempat kami kuliah pun di tengah kota
Amsterdam yaitu VU University. Setelah searching-searching ternyata VU
University ini salah satu world top 100 university.
Sore itu setelah perpisahan dari Airport Munich yang cukup
menyedihkan(Munich was so comfy for me. Homy) berpisah dengan pakde dan Opa, meskipun
hanya satu minggu tapi I get that feel anyway. Penerbangan menggunakan
lufthansa yang menurutku cukup “berani” pilotnya, ya entahlah menurutku
lufthansa memang enak tapi “keberanian” pilot itu membuatku sedikit bergidik. Diiringi
dengan ABG-ABG yang ber-selfie ria di dalam pesawat membuat penerbangan itu
sedikit berwarna #skip.
Sesampainya di Airport Schiphol aku langsung mendatangi Information
center yang letaknya di dalam main hall.
“Excuse me sir, I need to know how to get into Boolelaan?”,
tanyaku kepada seorang petugas disana.
“You need to buy ticket there and you can go downstairs for
reaching your train”, ucapnya sambil menunjuk sebuah tempat penjualan tiket
kereta.
Barang bawaan yang cukup banyak memang membuatku sedikit
kewalahan, bayangkan saja koper yang berisi 13,5 kilo ditambah satu handbag
besar ditambah lagi ransel. Ya, bawaan itu kebanyakan dibawa dari munchen atas
beberapa barang yang akan dibawa balik ke Indonesia. Setelah membeli tiket dan
bingung, karena di dalam tiket tidak tertera direction mana yang harus aku
pilih. Meskipun sudah dikasih tau kalau harus mengambil platform 2, tetap saja
berbagai macam kereta lalu lalang. Kan ga lucu kalau kesasar dengan bawaan
segitu banyak. Lumayan melelahkan setelah berjalan dari ujung ke ujung( Airport
Schiphol memang sebesar itu men, sebesar itu!).
Eskalator menuju underground station
“Excuse me, would you mind to inform me, which train should
I take if I want to go boolelaan?”
Tiket underground train
Pertanyaan itu sudah aku sampaikan ke kurang lebih 5 orang
dan tidak ada yang tahu. I got nothing here.
Daripada berlama lama, aku naik lagi untuk tanya ke
Information center. Ternyata Boolelaan bukanlah nama sebuah stasiun, tetapi
nama Subway! Jadi ya memang tidak ada kereta yang melewati Boolelan! Setelah
dikasih tau bahwa harus mengambil jurusan yang memang tidak ada boolelaan itu. Ahirnya
secara gambling aku langsung naik ke kereta. Ada seorang wanita muda, mungkin
seumuran dan masih kuliah juga duduk sendiri di depan bagian gerbong.
“Excuse me, I don’t know what the train is, can I get into
boolelaan by this train?”, tanyaku.
Bisa katanya. Aku menceritakan bahwa aku akan bertandang ke VU
University, dan dia pun menjelaskan bahwa kebetulan rumahnya di dekat VU
University, dan kita turun di stasiun yang sama. Dengan excited aku akhirnya
merasa lega, dia menjelaskan aku harus turun di stasiun setelah ini. Aku
berucap terima kasih berkali kali. Aku pun di jelaskan bahwa kalau jalan kaki
harus lewat mana.
Setelah keluar stasiun akupun langsung bertanya ke
information center untuk menanyakan letak VU University main building. Dia pun
menjelaskan dengan cukup rinci. Pertama keluar langsung ada tulisan “I
amsterdam” di dekat gedung-gedung. Konon tulisan “I amsterdam” itu ada yang
permanen dan ada yang pindah-pindah, dan hari itu mungkin memang sedang
dipindah kesitu. Wooowww, tapi sayangnya aku tidak punya waktu berlama-lama untuk
segera ke kampus karena Orientation program akan segera berakhir dan aku harus
mengambil kunci.
I amsterdam sekitar kampus
Jadi sebenarnya, ada pick up service yang disediakan di Airport
Schiphol. Pick up service itu hanya dalam rentang waktu pukul 09.00-14.00. Setelah
itu dilanjutkan dengan Orientation program dari jam 4 sampai jam 6. Sedangkan aku
baru keluar Airport jam 5 lebih 15. Makanya aku harus ngejar orientation
program, karena disitu aku dapat kunci kamar housingku yang terletak di Uilenstede.
Sesampainya dikampus yang harus berjalan sekitar 500 meter dengan
kontur jalan yang tidak rata(karena disana ada jalan untuk pejalan kaki dan
untuk sepeda), akhirnya sampai di depan kampus.
“Finally!!!!!”, teriakku dalam hati.
Tapi baru sampai di depan gedung, ada sekitar 20 orang yang
keluar. Tiba-tiba ada 2 orang wanita yang lagi-lagi seumuran mengenakan baju
bertuliskan “Amsterdam Summer School” menyapa ku. Dan mungkin dia panitianya.
Ia bertanya “Are you attending for Amsterdam Summer School?”.
Jawabku mengiyakan. Dia bilang kalau Orientation program sudah berakhir, dan
dia memanggil temannya yang notabene adalah pemegang kunci hatiku #ehhh salah
kunci apartemenku maksudnya.
Setelah itu aku diberi kunci dan kita bersama-sama naik tram
untuk pulang ke Apartemen. Di jalan mereka bercerita “Guuyyyyysssss, just see
that. That restoran was really really tasty, you need to go there someday”,
ucapnya. Karena memang panitia pastinya tahu betul wilayah itu. Dan ternyata
restoran ditunjuk itu adalah berjudul “Java Culinary”.
Tidak sengaja dia menunjukan restoran itu sambil melihatku
dan tiba-tiba dia ingat, “Are you Indonesian, right?” Sambil menggunakan
ekspresi yang excited.
“Yes, I am”, ujarku dengan penuh semangat. Begitu bangga nya
makanan indonesia di puji-puji oleh bule disana. Memang makanan indonesia tak
ada tandingannya, sih!
“You must go there someday”, ucapnya dengan penuh rasa bangga sambil
menjelaskan betapa nikmatnya makanan-makanan yang ada disana. Setelah 3 halte
kami turun untuk melanjutkan jalan kaki ke Apartemen.
Melihat barang bawaanku yang banyak, sang panitia itu(kita
belum sempat berkenalan atau bertukar nama atau bertukar nomor handphone) akhirnya
membawakan satu tasku. Dia pengertian banget, karena harus upstairs dan
downstairs berkali-kali. Di jalan menuju apartemen kita semua bercanda-canda. Mereka
sangat ramah dan welcome. (((Sangat ramah)))
“Which one my apartment?”, tanyaku. Karena ada sekitar belasan
gedung disini.
“That building. If you need something fresh or something necessary
to eat you can go there”, sambil menjelaskan fungsi bangunan di sekitar. Ada
sport centrum, ada mini market, ada café, ada lapangan, dan ada semuanya. Lengkap!
Akhirnya diantar oleh Madeline yaitu panitia cantik yang
sangat ramah yang mau mengantarkanku sampai di depan kamar. Finally, thanks
madeline!
Berikut foto-foto kamarku. Aku berada di lantai 10 paling
ujung, kalau kata madeline mah.
View dari kamar
Meja belajar dan perlengkapannya
Barang bawaan
View di gedung sebelah bertuliskan Uilenstede
Kamar mandi
View dari balcony
View cafe yang ada dibawah apartemen
Fasilitas:
a. Kamar berukuran 3x4 meter
b. Kamar mandi dalam(semua air panas & air dingin)
c. Balcony
d. Kulkas
e. Meja belajar
f. Sharing kitchen
a. Kamar berukuran 3x4 meter
b. Kamar mandi dalam(semua air panas & air dingin)
c. Balcony
d. Kulkas
e. Meja belajar
f. Sharing kitchen
“You are the lucky bastard, you got the heaven spot!”, ujar Madeline.
Amsterdam, 20 July 2015
06:47
Amsterdam, 20 July 2015
06:47
0 komentar